Beranjak dari ke empat kisah yang sudah terlewati, ada berbagai macam kemungkinan dari kisah para misionaris. Dan hal itu sudah terbukti dengan jelas segala yang sudah terjadi. Maka selanjutnya akan lebih jelas dan lebih detail tentang cerita ini.
Tanah Timor itu indah karena menjadi impian para pelaut Portugis tahun 1556 dan impian setiap anak zaman di waktu sekarang, yang ingin mencari kedamaian. Di tanah Timor ada damai, tidak ada banyak hal yang membuat orang ketakutan atau hidup dalam kecemasan seperti yang dipersepsikan oleh bangsa Portugis di tahun 1556 dan seterusnya.
Itulah sebabnya orang-orang yang telah lama menghuni pulau ini mengatakan, 'baik tidak baik, tanah Timor lebih baik'. Tanah Timor, orang Dawan menyebutnya Pah Timor dan orang Tetun (Belu) menyebutnya Rai Timor artinya tanah Timor atau 'Atoin Meto' (Dawan), 'Meto' (Dawan) artinya kering dan 'atoni' artinya manusia atau orang.
Lia Tetum (Tetun) artinya bahasa Tetun. Bahasa Tetun artinya bahasa kebijaksanaan, bahasa kelas atas, bahasa kaum elite, bahasa rasa hormat (liafuan kneter ktaek), bahasa persahabatan (lia Belu) dan bahasa persahabatan yang hidup (liafuan moris), bahasa tenggang rasa dan keadilan.
Tanah Timor dan bangsa Portugis dalam kenangan. Armada laut bangsa Portugis dibawah pimpinan Alfonso De Albuquerque bersama rombongannya tiba di pulau Timor tahun 1556. Bangsa Portugis berekspansi ke negeri-negeri Timur Jauh untuk mencari daerah koloni baru guna memperluas wilayah kekuasaannya, untuk mencari rempah-rempah (kekayaan) dan menyebarluaskan agama Katolik. Sebagian besar orang Indonesia terutama penduduk di pulau Timor menjadi pemeluk agama Katolik dan mengenal Yesus Kristus dan Injilnya justru jasa bangsa Portugis.
Kehadiran Portugis sangat berpengaruh di Indonesia terutama di sejumlah tempat seperti Ternate di Maluku, Sikka, Solor dan Larantuka di Flores serta Timor. Portugis di Timor berpengaruh terhadap kerajaan-kerajaan, termasuk kerajaan Wehali di Belu Selatan yang sekarang disebut Liurai Malaka. Pada masa lampau, bangsa Portugis membangun persahabatan dan kerjasama dengan Wehali untuk memperoleh tanda mata, tetapi juga untuk menyebarkan agama Katolik.
Dalam kunjungan Duta Besar Portugal untuk Indonesia ke Builaran pada November 2011, masih ditemukan situs/peninggalan Portugis di sejumlah rumah adat seperti tongkat kerajaan, buku dan sebagainya. Dari semua peninggalan itu, salah satu peninggalan yang akan berlangsung sampai kekal adalah agama Katolik.
Orang Timor dan Flores menjadi Katolik, sebagian besarnya karena pengaruh bangsa Portugis dan misionaris-misionaris dari Ordo Fransiskan dan Ordo Dominikan berkebangsaan Portugis kemudian dilanjutkan oleh misionaris Yesuit dan SVD.
Setelah mengenal dan mengetahui awal kisah para misionaris, maka pada bagian ini dijelaskan mengenai Misionaris Ordo Dominikan dan karya misinya di Timor. Sekilas Mengenal Ordo Dominikan. Sejarah singkat Ordo Dominikan. Setiap kali mendengar nama Dominikus dan karyanya, kita bertanya dalam hati siapakah dia? Dan karya macam apa yang dilakukan? Mari kita ikuti cerita ini.
Santo Dominikus, Pengaku Iman. Dominikus lahir pada tahun 1170 di Calaruega, Spanyol. Orang tuanya, Don Felix De Guzman dan Joana dari Aza dikenal sebagai bangsawan Kristen yang saleh dan taat agama.
Joana ibunya kemudian dinyatakan Gereja sebagai 'beata'; kakaknya, Mannes dan Antonio mencurahkan hidupnya bagi Tuhan dan Gereja sebagai imam; dua orang keponakannya menjadi imam ordo religius yang didirikannya, Ordo Dominikan. Mannes di kemudian hari digelari 'beato' karena kesucian hidupnya dan pengabdiannya yang tulus kepada Tuhan dan Gereja.
Masa kecil dan mudanya ditandai dengan kesucian dan semangat belajar tinggi. Pendidikan awalnya ditangani langsung oleh pamannya yang sudah menjadi imam. Dominikus kemudian melanjutkan studinya ke sekolah Katedral Palencia. Pada umur 24 tahun ia masuk biara di Osma dan tak lama kemudian ditahbiskan menjadi imam.
Karier imamatnya dimulai di Osma didukung oleh doa kontemplasi yang sungguh mendalam. Doa kontemplatif ini yang melahirkan cinta yang tulus kepada umatnya. Karya apostoliknya dimulai sejak tahun 1230 ketika aliran bidaah albigensianisme melancarkan serangan terhadap kebenaran iman Gereja. Waktu itu, Dominikus bersama uskupnya, Diego d' Azevido sedang dalam perjalanan ke Denmark untuk melaksanakan suatu misi diplomatik bagi Raja Alfonso IX (1188-1230).
Albigensianisme, yang lahir pada awal abad ke-13 di kota Albi, Perancis Selatan ini, merongrong ajaran iman yang benar. Aliran ini mengajarkan bahwa segala yang jasmani itu jahat. Ajaran Gereja tentang Tritunggal Maha Kudus, peristiwa penjelmaan dan penebusan umat manusia dalam pribadi Yesus Kristus diingkarinya; juga semua sakramen, ibadat dan apa saja yang merupakan ungkapan imam Gereja ditolak.
Karena sangat fanatik, para penganut aliran sesat ini tanpa segan merusak gereja-gereja dan biara, menghancurkan gambar-gambar kudus dan salib. Segala hubungan antara Gereja dan negara ditiadakan. Mereka sangat terampil dalam menyebarkan ajarannya sehingga menarik begitu banyak umat menjadi pengikut.
Terdorong oleh desakan batin untuk memberantas pengaruh jahat aliran sesat ini, Dominikus mendapat ilham untuk mendirikan sebuah tarekat religius yang lebih memusatkan perhatian pada soal pewartaan Sabda. Ordo religius Dominikan ini kemudian lazim dikenal dengan nama 'Ordo Praedictatori' atau ' Ordo Para Pengkotbah'. Yukk ikuti episode selanjutnya!
Oleh: Marcella Ceunfin