• Hari ini: October 23, 2025
Nasional

BILANG SESAMAMU YANG SEDANG SUSAH APA SAJA: TERIAK NAMA YESUS LEBIH KERAS UNTUK MENOLONGMU. SI BUTA TUA RENTA SAJA BISA, APALAGI KAMU?

BILANG SESAMAMU YANG SEDANG SUSAH APA SAJA: TERIAK NAMA YESUS LEBIH KERAS  UNTUK MENOLONGMU. SI BUTA TUA RENTA SAJA BISA, APALAGI KAMU?

(RP. Frans Funan, SVD)


"Orang-orang yang berjalan di depan menyuruh dia diam. Tetapi semakin ia kuat berseru. "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku." (Luk 18:39).

    Sebagai manusia pantas dan layak kita mengakui bahwa kesusahan yang tidak pernah diprogram dalam hidup pasti saja sesekali hadir menimpa kita. Entah kesusahan karena bencana alam seperti erupsi gunung berapi, gempa bumi, taufan, tsunami, banjir bandang, tanah longsor, bukit tanah bergeser, bukit batu terbelah dan meluncur dari ketinggian menuju laut (kejadian bukit Wateba- Atadei Lembata - NTT), dll.

    Kesusahan karena bencana alam pasti saja makan korban. Kesusahan lain dalam kaitan dengan kesehatan fisik entah sakit permanen atau cacat tetap dll. Dalam kondisi perih karena keterbasan fisik, teriaklah  sekuat kamu bisa, minta tolong. Mungkin Tuhan sedang dekat, sedang lewat dan ada orang beritahu anda untuk mendapatkan pertolongan-Nya. Atau teriakan, seruan sekuat tenaga dengan iman kepada Tuhan, akan menggugah hati kudus-Nya untuk menolongmu. Karena imanmulah yang menolong, membantu dan menyelamatkanmu sendiri.

    Mari sesuaikan dirimu dengan pengenalan privat Bartimeus si buta tua renta dengan Yesus. Saat dia dengar langkah kaki dan suara-orang banyak lewat ia bertanya, "Ada apa itu?" Orang beri tahu dia, "Yesus orang Nazaret, sedang lewat." Ketika dengar nama Yesus si buta itu pun berubah sikap. Dari seorang pengemis buta tua yang malu-malu, berkata saja suara hampir tak kedengaran, malu bertanya hanya pasrah pada apa yang terjadi dan berlalu tanpa ia hiraukan asalkan sepeser belas kasihan orang dia dapat untuk bisa mengisi perutnya hari itu, sudah cukup baginya, selebihnya sesuai situasi fisiknya yang buta dia tidak peduli.

    Tapi kini ketika ia dengar nama Yesus ia berubah total dari sikap malu-malu jadi pemberani meneriaki Nama Sang Mesias berbelas kasih yang sedang lewat dan akan berlalu tanpa akan kembali lagi. Seruan keras spontan keluar dari mulutnya, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku." Orang melarang dia diam. Ia seakan tak gubris momen keselamatan ini akan sirna tanpa makna bagi orang banyak itu dan terutama bagi dirinya sendiri. 

    Maka  imannya akan Yesus semakin gila dan memaksa seluruh energi dirinya berteriak  menembus massa hingga telinga Yesus. Ia sadar dan mau memaknai saat penuh rahmat ini dengan massa yang ada bahwa Yesus Mesias dapat melakukan hal ajaib apa saja yang dibutuhkan agar menolong manusia berdosa selamat.

    Kata kuncinya iman. "Imanmu telah menyelamatkan dikau." Apakah massa yang ikut Yesus itu punya iman kepada-Nya? Atau hanya ikut ramai-ramai saja, ragu-ragu, dan tak punya pilihan iman apa pun? Kita butuh orang lain untuk membantu bertumbuh dan berkembang dalam iman kepada Yesus. Selain itu berjuang datang pada Yesus pun tidak gampang, banyak halangan, tantangan dan cobaan. Tantangan dari luar mungkin orang melarang Anda. Dari dalam: tugas banyak, pekerjaan, hiburan, kepentingan keluarga besar, main hp, dll.

    Kita butuh bantuan orang lain untuk beri tahu kita tentang kehebatan belas kasih Tuhan memelekan mata iman kita yang buta terhadap dosa dan banyak membawa beban kesusahan tak terpikulkan dalam ziarah hidup ini. Ingat bahwa kerinduanmu karena iman punya kontak batin otomatis dengan Yesus yang juga sedang rindu bertemu dengan dirimu. Yesus mau menyelamatkan dirimu dari dosa buta iman akan Dia, dan Yesus juga mau supaya Anda sehat iman saat ini dan menjadi murid-Nya keren dan wow di masa depan. Tuhan Yesus memang hebat tapi Tuhan Yesus juga rindu dan mau Anda juga hebat di masa depan.

    Karena itu misimu kini, katakan kepada sesamamu yang sedang susah dan duduk tertunduk sendiri di sana sambil mengorek tanah,  bahwa Yesus ada rindu agar kamu baik, sehat dan bahagia kini dan kelak. Sebarkan misi belas kasih ini di antara kamu seiman, biarlah iman akan Anak Daud Sang Mesias menguasai kita dan semakin banyak orang mengalami kasih Tuhan dalam hidup secara prinadi dan bersama-sama.

    Maka percaya bahwa nama Tuhan semakin luas dimuliakan dan rahmat sukacita meliputi banyak insan beriman. Hidup pribadi, hidup bersama jadi terberkati. Ok.

    Selamat beraktifitas hari dengan seruan: Hei teman  Yesus mau tolong kamu, kenapa susah? Tuhan berkatimu semua. (Arso Kota, Senin, 181124).

Opini

Prokrastinasi: Antara Kebiasaan Menunda dan Tantangan Iman Mahasiswa

Dalam perjalanan hidup mahasiswa, ada masa-masa di mana waktu luang masih cukup banyak. Namun justru di situlah muncul godaan besar: merasa aman, santai, dan menunda hal-hal penting dengan pikiran “nanti saja.” Padahal, akan datang suatu saat di mana waktu luang begitu melimpah hingga terasa membosankan, tetapi kesempatan emas untuk dibentuk dan berjuang sudah terlewatkan. Maka, masa kuliah sekarang adalah saat paling tepat untuk mengelola setiap kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya. Jika waktu yang ada diabaikan dengan santai, maka penyesalan di kemudian hari tidak bisa dihindari. Kebiasaan menunda-nunda tersebut sering disebut prokrastinasi.

Apa itu Prokrastinasi?

Prokrastinasi adalah kecenderungan seseorang untuk menunda tugas penting secara sengaja meskipun menyadari konsekuensi negatif dari penundaan tersebut. Dalam psikologi modern, prokrastinasi tidak sekadar dianggap masalah manajemen waktu, melainkan bentuk kegagalan dalam regulasi emosi. Individu menunda tugas sebagai upaya menghindari perasaan tidak menyenangkan seperti cemas, bosan, atau takut gagal, dengan memilih kepuasan sesaat yang pada akhirnya menambah beban psikologis akibat pekerjaan yang menumpuk. Penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan positif antara kesulitan regulasi emosi dengan tingkat prokrastinasi akademik, di mana mahasiswa dengan kecenderungan menunda yang tinggi juga melaporkan skor lebih tinggi dalam dimensi DERS-Strategies (Frontiers in Psychology, 2020).

Lebih lanjut, studi lintas negara membuktikan bahwa rasa takut gagal dapat memicu prokrastinasi secara tidak langsung melalui kesulitan dalam mengelola emosi negatif (Springer, 2024). Bahkan, penelitian longitudinal menemukan bahwa prokrastinasi akademik dan kesulitan regulasi emosi saling memengaruhi: keduanya meningkat bersamaan dalam kurun waktu tertentu, dan tingkat prokrastinasi di awal mampu memprediksi peningkatan kesulitan regulasi emosi di kemudian hari (ScienceDirect, 2025). Dengan demikian, prokrastinasi dapat dipahami sebagai fenomena psikologis kompleks yang berakar pada interaksi antara faktor emosional dan perilaku, bukan sekadar persoalan kedisiplinan waktu.

Jenis-Jenis Prokrastinasi

Jenis-jenis prokrastinasi pada mahasiswa dapat dipetakan ke dalam beberapa kategori utama yang memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan akademik mereka. Bentuk yang paling banyak dibahas adalah prokrastinasi akademik, yaitu kecenderungan menunda aktivitas inti seperti belajar, mengerjakan tugas, atau menulis skripsi. Penundaan ini terbukti memiliki korelasi langsung dengan rendahnya prestasi dan peningkatan stres mahasiswa (ERIC, 2019). Selain itu, terdapat prokrastinasi keputusan, yakni kecenderungan menunda pengambilan keputusan penting seperti pemilihan topik penelitian, jurusan, atau arah karier. Penundaan ini umumnya bersumber dari kecemasan terhadap pilihan dan ketidakmampuan mengelola ketidakpastian (Frontiers in Psychology, 2020).

Dua bentuk lain yang juga relevan adalah prokrastinasi perfeksionis dan prokrastinasi hedonik/arousal. Prokrastinasi perfeksionis muncul pada mahasiswa yang menuntut standar tinggi, sehingga mereka menunda pekerjaan karena takut hasilnya tidak sempurna; ironisnya, ketakutan ini justru memperburuk kualitas kerja akademik mereka (White Rose Research Online, 2018). Sementara itu, prokrastinasi hedonik/arousal ditandai dengan kecenderungan sengaja menunda hingga mendekati tenggat waktu karena mahasiswa merasa bekerja lebih “bersemangat” di bawah tekanan. Namun, strategi ini sering berujung pada hasil yang tidak optimal (Frontiers in Psychology, 2021). Penelitian terbaru menegaskan bahwa intervensi berbasis regulasi motivasi—misalnya dengan memecah tujuan besar menjadi langkah kecil dan membangun strategi pengelolaan emosi—dapat membantu mengurangi prokrastinasi dan meningkatkan performa akademik mahasiswa (ScienceDirect, 2022).

Bukti Empiris

Berbagai bukti empiris dari studi kohort maupun tinjauan meta-analisis menunjukkan bahwa prokrastinasi memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan mental dan capaian akademik mahasiswa. Penundaan yang berulang bukan sekadar tanda kurang disiplin, melainkan faktor risiko yang terukur bagi kesejahteraan psikologis. Sebuah studi kohort berskala besar menemukan bahwa prokrastinasi berkorelasi dengan kondisi mental yang memburuk pada periode berikutnya, khususnya dalam bentuk meningkatnya gejala depresi, kecemasan, dan stres (PMC, 2023). Temuan ini menegaskan bahwa dampak prokrastinasi jauh melampaui persoalan manajemen waktu, sebab ia menimbulkan tekanan psikologis yang signifikan.

Selain itu, kajian lintas penelitian memperlihatkan pola yang konsisten: mahasiswa yang cenderung menunda tugas melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi, performa akademik yang menurun, dan kesejahteraan yang berkurang secara umum. Seperti ditegaskan dalam penelitian lain, “procrastination is associated with increased stress, lower task performance, reduced well-being” (Frontiers, 2021). Dengan demikian, prokrastinasi perlu dipahami bukan hanya sebagai kebiasaan yang merugikan secara individual, tetapi juga sebagai isu kesejahteraan kampus yang menuntut perhatian institusi pendidikan tinggi untuk mencegah dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental dan prestasi mahasiswa (PMC, 2023).

Intervensi Ilmiah yang Efektif

Literatur psikologi terkini menekankan bahwa prokrastinasi tidak cukup diatasi hanya dengan nasihat disiplin, melainkan memerlukan pendekatan intervensi yang sistematis. Kajian terbaru menunjukkan tiga jalur yang terbukti efektif: pelatihan regulasi emosi (misalnya melalui mindfulness dan self-compassion), penerapan strategi motivasional (seperti membagi tugas besar menjadi langkah-langkah kecil dan penetapan tujuan jangka pendek), serta pengembangan keterampilan manajemen waktu. Grunschel et al. (2016) secara khusus menemukan bahwa penggunaan motivational regulation strategies mampu menurunkan tingkat prokrastinasi akademik sekaligus meningkatkan performa belajar dan kesejahteraan mahasiswa (ScienceDirect, 2016). Hal ini memperlihatkan bahwa prokrastinasi erat kaitannya dengan dimensi psikologis dan motivasional, bukan sekadar masalah teknis pengelolaan waktu.

Lebih jauh, tinjauan intervensi berbasis kelas memperkuat argumen bahwa program yang menargetkan motivasi dan strategi belajar memiliki dampak signifikan dalam mengurangi perilaku menunda (ScienceDirect, 2019). Bahkan, penelitian lain menegaskan bahwa intervensi yang paling efektif adalah yang bersifat komprehensif, yakni menggabungkan teknik kognitif-perilaku (misalnya strukturisasi tugas), pelatihan regulasi emosi (mindfulness atau self-compassion), serta dukungan kontekstual dari pembimbing atau dosen (White Rose Research Online, 2021). Dengan demikian, solusi terhadap prokrastinasi mahasiswa harus bersifat multidimensi, menyeimbangkan aspek intrapersonal (regulasi diri) dan interpersonal (dukungan akademik), agar hasilnya tidak hanya menurunkan penundaan tetapi juga memperkuat daya tahan psikologis mahasiswa di tengah tuntutan akademik yang kompleks.

Dasar Biblis, Magisterium, dan Tradisi Gereja: Perspektif Pastoral bagi Mahasiswa

Meskipun Kitab Suci tidak menggunakan istilah “prokrastinasi” secara eksplisit, prinsip yang menolak kebiasaan menunda telah ditegaskan berulang kali. Kitab Pengkhotbah, misalnya, mengingatkan: “Siapa senantiasa memperhatikan angin, tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan, tidak akan menuai” (Pkh 11:4), suatu gambaran tentang orang yang selalu menunggu kondisi sempurna sehingga akhirnya gagal bertindak (Bible Hub, 2023). Demikian pula, Surat Yakobus menyatakan: “Jika seseorang tahu berbuat baik tetapi tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak 4:17). Kedua teks ini menekankan urgensi bertindak saat ini—kesempatan untuk melakukan kebaikan tidak boleh ditunda, sebab penundaan adalah bentuk kelalaian yang memiliki konsekuensi moral.

Ajaran Gereja meneguhkan visi Kitab Suci tersebut. Katekismus Gereja Katolik menyebut acedia (kemalasan rohani) sebagai salah satu godaan serius yang melemahkan dinamika hidup iman (KGK 2733; CanonLaw.Ninja, 2020). Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium menekankan bahwa “waktu lebih besar daripada ruang” (no. 222), sebuah prinsip yang menolak sikap menunda demi mengingatkan umat agar tidak terjebak dalam kelesuan pastoral dan selalu bergerak maju dalam misi (Evangelii Gaudium, 2013). Dalam Tradisi, Santo Agustinus kerap menegur orang yang menunda pertobatan dengan seruan “Noli foras ire”—jangan menunggu kesempatan lain, karena rahmat bekerja pada saat ini. St. Benediktus, dalam Regula-nya, juga menekankan disiplin waktu dan kewaspadaan terhadap “kesembronoan” yang merusak hidup rohani.

Perspektif ini sangat relevan bagi mahasiswa: prokrastinasi bukan sekadar soal produktivitas akademik, melainkan sikap eksistensial terhadap waktu, panggilan, dan rahmat Allah yang ditawarkan dalam momen sekarang. Dengan demikian, baik Kitab Suci maupun Tradisi Gereja meneguhkan pandangan bahwa menunda berarti menyia-nyiakan kairos—waktu rahmat yang seharusnya dimanfaatkan.

Kesimpulan

Prokrastinasi bukan sekadar kebiasaan buruk, melainkan fenomena kompleks yang menyentuh aspek psikologis, akademik, dan spiritual kehidupan mahasiswa. Penelitian mutakhir secara konsisten membuktikan bahwa kebiasaan menunda tugas meningkatkan risiko stres, depresi, dan penurunan kinerja akademik, sekaligus mengikis kesejahteraan pribadi (ScienceDirect, 2019; White Rose Research Online, 2021). Namun, bukti yang sama juga menunjukkan bahwa prokrastinasi dapat ditangani secara efektif melalui intervensi multidimensi: latihan regulasi emosi, strategi motivasional yang konkret, serta dukungan kontekstual dari komunitas akademik. Dengan kata lain, prokrastinasi bukanlah kutukan permanen, tetapi tantangan yang dapat ditaklukkan dengan disiplin, dukungan, dan kesadaran diri.

Dari perspektif teologi, Kitab Suci, Tradisi, dan Magisterium Gereja mengingatkan bahwa menunda bukan hanya kerugian akademik, melainkan juga kerugian moral dan rohani. “Siapa tahu berbuat baik tetapi tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak 4:17), sebuah peringatan bahwa setiap penundaan berarti menyia-nyiakan kairos-waktu rahmat yang diberikan Allah. Bagi mahasiswa, melawan prokrastinasi adalah sekaligus tanggung jawab intelektual dan panggilan iman: mengelola waktu dengan bijak, menghidupi panggilan belajar sebagai bagian dari pertumbuhan diri, dan menjadikan setiap kesempatan belajar sebagai wujud syukur atas rahmat kehidupan. Dengan demikian, disiplin akademik, keseimbangan emosional, dan kedalaman rohani berpadu menjadi jalan menuju kematangan yang utuh.

Maka, pecahlah tugas besar menjadi langkah-langkah kecil dan terukur, sehingga motivasi tetap terjaga (ScienceDirect, 2019). Latih kesadaran diri melalui mindfulness atau self-compassion untuk mengurangi kecenderungan melarikan diri dari tugas (White Rose Research Online, 2021). Carilah dukungan komunitas—kelompok belajar, pembimbing, atau sahabat rohani—agar tercipta akuntabilitas (ScienceDirect, 2020). Renungkan waktu sebagai anugerah ilahi, bukan beban. Dalam iman Kristen, setiap detik adalah kairos yang tidak boleh disia-siakan (Vatican, 2013).

Dengan mengintegrasikan strategi psikologis, akademis, dan spiritual ini, mahasiswa dapat mengubah prokrastinasi menjadi kesempatan pembentukan diri—sebuah jalan menuju kedewasaan intelektual sekaligus kedalaman iman. (KU)

Cerpen

KETIKA CINTA DATANG DAN PERGI

KETIKA CINTA DATANG DAN PERGI

(Nely Kolo)


   Di sebuah lembaga pendidikan Sekolah Menengah Atas, terdapat seorang gadis bernama Lisa. Ia adalah siswi kelas XII MIPA yang jatuh cinta pada seorang siswa baru bernama Arif. Arif, yang baru bergabung, sedang mengikuti kegiatan pengenalan lingkungan sekolah. Kebetulan hari pertama, Lisa yang menjadi pemandu kegiatan tersebut bersama Ketua OSIS, Siska. Kegiatan berjalan lancar dan berakhir dengan baik.

   Setelah kegiatan, Lisa ke kelas. bertemu dengan temannya, Resa, yang ternyata saudari Arif. Mereka duduk dan berbincang, seolah Resa tahu bahwa Lisa menyukai Arif. Resa duduk di samping Lisa dan bertanya kepada Lisa, "Kamu suka sama Arif?" Lisa kaget dan menjawab, "Kok kamu tahu? hmmm iya sih, tapi sepertinya dia sudah punya pacar".

    Resa memberitahu Lisa bahwa Arif belum punya pacar, tetapi dia bilang ke Resa bahwa ia suka sama Ketua OSIS, Siska. Lisa merasa sedih dan malu. Ia tidak ingin lagi melihat Arif. Dalam beberapa hari, kabar tentang Arif dan Siska yang berpacaran membuat hati Lisa semakin berat. Meskipun begitu, Lisa berusaha bersikap santai dan tidak menunjukkan perasaannya. Arif dan Siska juga menjalin hubungan dengan keyakinan.

   Beberapa minggu kemudian, Resa mendatangi Lisa dengan berita yang mengejutkan. Resa menghampiri Lisa dengan wajah penuh tawa. "Lis, kamu tahu tidak?" Lisa bingung, entah apa yang dimaksud kan Resa. "Iya Res bagaimana? Tahu apa?"

    Resa menjelaskan dengan sedikit tawa, "Ternyata, Arif juga suka sama kamu. Dia berencana menyelesaikan hubungannya dengan Siska". Mata Lisa tiba-tiba membelalak serta  kaget."Haaa???"  Ia merasa senang, tetapi juga ragu. Dalam hatinya, ia berpikir bahwa Arif mungkin seorang yang playboy. Namun, ia tidak bisa menahan perasaannya yang telah terbalas.

    Suatu hari, mereka bertugas untuk koor di luar paroki dan menginap di sana selama dua hari. Pada malam pertama, saat Siska sibuk, Arif mengambil kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama Lisa. Mereka berbincang dan berpegangan tangan, seolah-olah mereka ini berpacaran. Namun, saat Siska ada mereka seperti orang asing.

    Hari kedua, saat kembali ke sekolah, Lisa mendengar kabar bahwa hubungan Arif dan Siska mengalami masalah. Lisa berpikir bahwa kemungkinan masalahnya karena Siska telah mengetahui bahwa semalam Arif bersama dengannya. Lisa menghampiri Resa, dengan wajah penuh pertanyaan dan rasa ingin tahu, "Res, saya dengar hubungan Arif dan Siska sedang tidak baik ya?"

    Resa menatap Lisa dan menjawab apa yang ditanyakan oleh Lisa dengan apa yang dia lihat dan dengar "Iya Lis. Kemarin mereka berantam dan Arif minta putus sama Siska. Sepertinya, Arif akan mengungkapkan perasaannya ke kamu! Lisa terdiam tanpa kata-kata. Ia senang tetapi juga merasa bersalah telah merebut Arif dari Siska. Tetapi Lisa juga tidak bisa menahan perasaannya.

Keesokan harinya, saat jam istirahat, dengan berani Arif menghampiri Lisa, "Lisa! Kamu ngapain?" Lisa seperti kaget dengan wajah bingung kenapa tiba-tiba Arif datang menemunya, "Eh, iya Rif. Aku duduk saja". Dengan  gugup Arif berbicara, "Baiklah! Aku mau ngomong sesuatu sama kamu".

    Dengan santai Lisa menjawab dan mempersilahkan Arif untuk bicara, namun di sisi lain Lisa juga deg-degan. "Aaaaaa, kamu mau tidak jadi pacarku?" Lisa tercengang dengan wajah yang dihiasi senyum tipis, "Kamu serius, Rif?" Arif menjawab Lisa dengan sangat serius, "Ya, aku serius. Mau tidak?" Dengan senang hati Lisa langsung menjawab, "Aku mau, Rif". 

    Lisa tidur di bahu Arif sambil bercerita, "Sebenarnya aku sudah lama suka sama kamu sejak awal kegiatan pengenalan lingkungan sekolah, tapi aku diam karena kamu suka sama Siska". Arif meyakinkan Lisa, "Oya? Ya sudah, itu kan dulu. Sekarang aku sama kamu".

    Akhirnya, mereka berpacaran. Setiap hari, mereka berkomunikasi lewat handphone dan bertemu langsung, di sekolah. Hubungan mereka semakin harmonis, saling mendukung dan saling terbuka satu sama lain.

   Namun, setelah hampir lima bulan, Lisa merasa ada yang berbeda dari Arif. Suatu hari, ia memutuskan untuk berbicara dengan Arif. Dalam perbincangan mereka, setiap pertanyaan dari Lisa, Arif menjawab dengan santai seperti tidak ada rasa bersalah sedikit pun. Lisa merasa bahwa ad sesuatu yang disembunyikan oleh Arif.

  Setelah pulang sekolah, Lisa mengambil handphone, login ke media sosial (Instagram) dan melihat Arif memamerkan foto seorang wanita. Entah wanita itu siapa? Lisa tidak yakin jika Arif punya hubungan sama wanita itu. Lisa mencari tahu, ia mencari Instagram wanita itu, ternyata benar mereka menjalin hubungan, namanya Dona. Lisa melihat wanita itu juga memposting fotonya Arif. Lisa pun terjebak dalam perasaannya yang campur aduk antara cinta, bingung, dan rasa tidak percaya. Apakah ia harus mempertahankan hubungannya ataukah  harus berakhir? 

   Keesokan harinya, Lisa menemui Arif dengan wajah penuh marah. "Arif, siapa wanita yang kamu pamer di Instagram? Tidak salah namanya Dona. Ada hubungan apa kamu sama dia?"

    Arif menjawab dengan berpura-pura tidak mengenal wanita yang dimaksudkan Lisa. "Dona siapa? Aku tidak mengenal dia. Dan aku tidak pernah memamerkan siapa pun selain kamu, Lis".

    Lisa ingin sekali menunjukan buktinya, namun mereka tidak diizinkan untuk membawa handphone ke sekolah. Air mata  jatuh, dengan jari telunjuknya, Lisa menunjuk ke arah mukanya Arif. "Kamu pikir aku bodoh? Aku sudah tahu permainan kamu, kamu jujur saja deh sekarang!"

Tiba-tiba dengan wajah penuh rayuan manis Arif memohon. "Lis, ya sudah jangan menangis. Aku salah sudah buat kamu sakit hati, aku minta maaf, aku khilaf. Kamu jangan pergi ya, Lis?"

    Air mata semakin menetes, tidak sanggup menatap wajah Arif, Lisa berbalik badan. "Aku butuh waktu untuk berpikir". Setelah itu pergi meninggalkan Arif.

   Setelah pulang sekolah Lisa memikirkan keputusan apa yang harus ia ambil dari masalah ini. Ia menelpon Arif. Arif yang sedang berbaring, mendengar handphonenya bunyi, ternyata telepon dari Lisa. Ia mengangkat telepon itu. "Hallo? Lis, kamu tidak marah lagi kan sama aku? Aku minta maaf".

    Tanpa basa-basi Lisa bertanya dengan serius. "Arif, kalau kamu masih ingin sama aku, tolong tinggalkan dia". Arif menjawab Lisa. "Aku sudah selesai sama dia, Lis". Lisa berpikir bahwa semua itu hanya kekhilafan. " Baiklah. Janji ya tidak akan ulangi lagi?" Arif meyakinkan Lisa :"Iya, aku janji".

    Akhirnya, mereka melanjutkan hubungan mereka. Lisa memberikan kesempatan kepada Arif untuk memperbaiki semua. Lisa tetap percaya kepada Arif, karena ia sangat menyayanginya.

   Namun, setelah satu Minggu, Arif kembali berubah. Lisa mengetahui dari postingan wanita itu, ternyata mereka berdua kembali menjalin hubungan. Ia merasa dibodohi. Dalam hatinya.  "Ternyata Arif benar-benar playboy. Seharusnya dari awal aku tidak percaya lagi sama dia".

   Lisa akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Arif, meskipun itu menyakitkan. Ia ingin menyelamatkan dirinya dari rasa sakit yang lebih dalam. Di sekolah, Lisa memanggil Arif dengan wajah murung dan serius untuk membicarakan semua ini. "Arif, ternyata kamu playboy. Hanya ingin mempermainkan perasaan perempuan. Kamu pikir dengan cara ini kamu akan bahagia? Tidak akan, Arif. Ingat kata-kataku: "Kamu tidak akan pernah bahagia, jika kamu terus-menerus seperti ini. Seharusnya kemarin kita akhiri saja, karena percuma aku kasih kamu kesempatan tetapi kamu tidak berubah sama sekali".

    Arif menjawab dengan sangat santai seakan setuju untuk akhiri hubungan. "Aku minta maaf". Tetapi, jika mau kamu kita akhiri, ya aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Hati sakit saat mendengar jawaban dari Arif. "Enak sekali ya jadi kamu..... Jangan pernah kembali lagi". Lalu Lisa meninggalkan Arif. 

    Arif juga tidak mempedulikan lagi kepergian Lisa, ia seperti sudah sangat bosan dengan Lisa sehingga saat hubungan berakhir seperti ini, ia tidak merasa kehilangan.

    Hubungan mereka berakhir begitu saja. Lisa merasa kehilangan, tetapi semua telah terjadi dan kini hanya tinggal kenangan. Meskipun saling mencintai tapi terkadang perpisahan adalah jalan terbaik, agar tidak saling menyakiti. Meninggalkan seseorang yang kita cintai adalah tindakan yang sangat rumit. Namun, waktu akan membantu menyembuhkan luka dan cinta sejati akan selalu memiliki tempat di hati, meskipun dalam bentuk yang berbeda.

   Arif dan Lisa melanjutkan aktivitasnya setiap hari di sekolah seperti biasa. Mereka berdua seolah tidak pernah mengenal, tetapi perasaan mereka tidak mudah hilang  dengan waktu yang singkat.

Daerah

KUB St. Yosef Naesleu Laksanakan Ziarah Porta Sancta ke Situs-Situs Bersejarah Keuskupan Atambua

KOLKITA, Kefamenanu – Kelompok Umat Basis (KUB) St. Yosef, Lingkungan St. Agustinus, Paroki St. Yohanes Pemandi Naesleu, melaksanakan ziarah rohani melewati Porta Sancta dalam rangka Tahun Yubileum 2025 pada Sabtu, (27/09/2025). Rangkaian perjalanan ini dipimpin langsung oleh RD Kristo Ukat, yang mendampingi umat sebagai gembala dan pembimbing rohani.


Ziarah diawali dengan doa bersama di Gereja St. Yohanes Pembaptis, Naesleu, sebelum rombongan bergerak menuju lima situs bersejarah Keuskupan Atambua: Gereja Paroki Roh Kudus Halilulik, Kapela Biara St. Yosef Nenuk, Katedral Santa Maria Imakulata Atambua, Gereja Paroki Santo Petrus Lahurus, serta Kapela Mgr. Gabriel Manek SVD di Lahurus. Di Halilulik, umat mengikuti Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Kristo. Dalam homilinya, beliau menegaskan bahwa melewati Porta Sancta adalah simbol perjalanan iman menuju Kristus, Sang Pintu Keselamatan, sekaligus undangan untuk memperbarui hidup beriman.

“Ziarah ini mengingatkan kita bahwa hidup beriman adalah sebuah perjalanan. Melintasi Porta Sancta bukan hanya langkah kaki, tetapi juga langkah hati untuk semakin dekat dengan Kristus,” ujar Romo Kristo.


Pengalaman batin yang mendalam dirasakan umat sepanjang perjalanan. Vincentius Budi Utomo mengaku awalnya ia melihat kegiatan ini hanya sebagai perjalanan fisik, namun pandangannya berubah saat berdiri di depan pintu suci. “Pintu itu bukan sekadar pintu biasa, melainkan simbol Kristus sendiri. Saat melangkah melewatinya, saya merasakan beban hidup terlepas, seolah Tuhan berbisik: Masuklah, Akulah Pintu,” ungkapnya.

Sukacita umat juga tampak nyata, sebagaimana disampaikan Goris Wa’e. “Walaupun menempuh jarak jauh dari Kefamenanu hingga Lahurus, semangat tidak pernah padam. Bahkan wajah ceria anggota KUB menjadi tanda berkat perjalanan ini,” katanya.


Ibu Any Asa, bendahara KUB, menegaskan komitmen umat untuk melengkapi seluruh sembilan titik Porta Sancta di keuskupan. “Kami sudah menapaki lima titik, masih tersisa empat. Semoga Tuhan memberi kesempatan untuk melengkapinya,” ujarnya penuh harap. Ia juga menambahkan bahwa perjalanan bersama ini semakin mempersatukan umat, membangun semangat berbagi, dan mendidik anak-anak berani tampil sebagai ahli waris Gereja.

Sementara itu, Yasinta Naimnule mengungkapkan pengalaman pribadinya. “Awalnya saya hanya melihatnya sebagai perjalanan biasa, tetapi ternyata maknanya jauh lebih dalam. Saya benar-benar merasakan persatuan, doa, dan pertobatan hidup dalam diri saya. Rahmat Yubileum ini mengajarkan saya tentang kedalaman belas kasih Allah yang tak terbatas,” tuturnya.


Selain bernuansa rohani, ziarah ini juga memperkaya pengetahuan iman umat melalui sejarah Gereja Katolik di Timor. Dari Halilulik yang menjadi pusat devosi Roh Kudus, hingga Lahurus yang menyimpan kisah lahirnya Mgr. Gabriel Manek, umat diajak menyadari jejak iman yang diwariskan para pendahulu.

Solidaritas antaranggota KUB pun semakin kuat. Semboyan mereka, “Tutup Mata, Buka Hati”, terasa nyata sepanjang perjalanan: menutup mata dari kebisingan dunia dan membuka hati pada kasih Allah yang membarui.

Ziarah Porta Sancta KUB St. Yosef menjadi bukti bahwa Gereja bukan hanya bangunan, melainkan komunitas peziarah pengharapan yang berjalan bersama menuju keselamatan. Bagi umat KUB St. Yosef Naesleu, perjalanan ini bukan akhir, melainkan awal dari ziarah yang lebih besar: ziarah hidup sehari-hari yang dipenuhi kasih, iman, dan kesaksian.

Internasional

Internasional

PAUS FRANSISKUS MEMPROMULGASIKAN ENSIKLIK BARU: "DILEXIT NOS", TENTANG HATI KUDUS YESUS

Dikutip dari Pena Katolik: Paus Fransiskus menerbitkan ensiklik keempat kepausannya yang berjudul Dilexit Nos, pada hari Kamis 24 Oktober 2024, tentang cinta manusiawi dan ilahi dari hati Yesus Kristus.

Dilexit Nos, yang berarti ‘dia telah mengasihi kita’ dipromulgasikan pada tanggal 24 Oktober 2024.

Sebelumnya, Paus telah mengumumkan pada bulan Juni 2024, bahwa ia sedang mempersiapkan sebuah dokumen tentang Hati Kudus Yesus. Ensiklik ini akan merenungkan cinta Tuhan yang dapat menerangi jalan pembaruan gerejawi dan menyampaikan sesuatu yang berarti kepada dunia yang tampaknya telah kehilangan hatinya.

Paus Fransiskus kemudian menggambarkan Dilexit Nos tersebut sebagai sesuatu yang menyatukan refleksi berharga dari teks-teks magisterial sebelumnya dan sejarah panjang yang kembali ke Kitab Suci. Paus mengusulkan kembali kepada seluruh Gereja, devosi yang dipenuhi dengan keindahan spiritual ini.

“Saya yakin akan sangat bermanfaat bagi kita untuk merenungkan berbagai aspek kasih Tuhan, yang dapat menerangi jalan pembaruan gerejawi dan menyampaikan sesuatu yang berarti kepada dunia yang tampaknya telah kehilangan hatinya,” kata Fransiskus di akhir audiensi umumnya pada tanggal 5 Juni 2024.

Dilexit Nos tersebut diterbitkan di tengah perayaan ulang tahun ke-350 penampakan Hati Kudus Yesus kepada St. Margareta Maria Alacoque. Perayaan ini dimulai pada tanggal 27 Desember 2023 dan akan berakhir pada tanggal 27 Juni 2025.

Vatikan mengadakan konferensi pers yang disiarkan langsung pada hari Kamis, 24 Oktober, tentang ensiklik: Dilexit Nos. Konferensi pers ini akan dihadiri Mgr. Bruno Forte, seorang teolog Italia dan anggota Dikasteri Ajaran Iman. Ada juga Suster Antonella Fraaccaro, kepala ordo religius Italia Discepole del Vangelo.

Dilexit Nos menjadi ensiklik keempat Paus Fransiskus setelah Fratelli Tutti, yang diterbitkan pada tahun 2020, Laudato Si’ yang diterbitkan pada tahun 2015, dan Lumen Fidei, yang diterbitkan pada tahun 2013. (AES)


Sumber Berita: Paus Fransiskus akan Mempromulgasikan Ensiklik Baru: Dilexit Nos, tentang Hati Kudus Yesus - Pen@ Katolik

Puisi

CELSI, NAMA INI

CELSI, NAMA INI


Namamu dipanggil di Aula Sulama
Kau bangkit, langkah rapuh
Wajah teduh menyimpan senyum dan luka
Tampak bersinar,
Seakan berkata:
Cinta lebih kuat dari sakit.

Perjalanan empat tahun terlukis
Kampus, kelas, asrama
Kesetiaan sederhana
Kerendahan hati yang diam-diam agung
Senyummu mendahului sapa
Air matamu kau sembunyikan

Di lorong kampus masih terngiang tawa
Di beranda malam masih terpatri cerita
Kau bukan sekadar mahasiswa
Tetapi sahabat yang menghangatkan
Julukan kecil: Termos-Te-Ce
Kini jadi kenangan yang getir

Yudisium dan wisuda bukan sekadar seremoni
Ia berubah jadi perjalanan pulang
Setiap langkah doa
Setiap tatap persembahan
Ijazah di tanganmu
Gelar di hatimu
Panggilan abadi menjemputmu

Pelatih koor yang setia
Kau ajarkan nada menjadi doa
Doa menjadi iman yang bernyanyi
Meski suaramu kini terdiam
Gema nada tetap hidup
Di dada kami yang merindu

Kami menyaksikan pergulatanmu
Tubuh digerogoti sakit
Harapan tak pernah padam
Hari istimewamu, kau hadir, namamu disebut
Tertatih, tapi teguh
Pesanmu jelas:
Iman berakhir dengan kemenangan

Oelbonak berduka
STP Santo Petrus kehilangan
Sahabat menunduk dalam tangis
Tanjung Selor merindukan ladangnya
Bahkan Uskup Paul dari tanah Borneo
Ikut merasakan pilu
Duka ini melintasi batas

Namun luka terdalam ada di rumahmu
Ayahmu menyimpan ratap dalam diam
Ibumu menahan tangis dalam doa
Hati retak berkeping, kebanggaan mama bapak tiada
Jiwa goyah dirundung nestapa, saudara, keluarga
Firman Tuhan meneguhkan:
“Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka,
dan maut tidak akan ada lagi” 

Perjalanan dunia sudah selesai
Wisuda abadi kini engkau genggam
Ijazah ditulis dengan kesetiaan
Gelar dimeteraikan:
Putri Allah yang sejati

Kami—dosen, sahabat, almamater—
Membawa namamu dalam doa
“Termos” tak lagi sekadar canda
Tetapi bisikan kasih
Doa lirih
Agar kau tetap hangat
Dalam pelukan yang kekal

“In interiore homine habitat veritas, et in aeternum manet caritas.”
“Di dalam batin manusia berdiam kebenaran, dan kasih tetap tinggal untuk selama-lamanya.”


(Catatan kecil dari sudut kamarKU, 25 Sept 2025, ketika alam kurang bersahabat)

Renungan

BELAS KASIH

BELAS KASIH
Renungan — Minggu Biasa XXVI, 28 September 2025
Am 6:1a.4–7; 1Tim 6:11–16; Luk 16:19–31

Suara Keras yang Mengoyak Kenyamanan Semu

  Nabi Amos melontarkan seruan tajam kepada orang-orang yang hidup dalam kemewahan, berbaring di dipan, berpesta dengan daging dan anggur, sementara kehancuran bangsanya diabaikan. Kenyamanan mereka bukanlah netral; tetapi lahir dari sistem yang menindas banyak orang.
  Allah menolak kemewahan yang dibangun di atas penderitaan sesama. Bagi Tuhan, keadilan bukan sekadar tambahan dalam doa, tetapi inti dari kasih itu sendiri. Iman kehilangan wajahnya ketika kesejahteraan diri didapat dengan mengorbankan orang lain.
  Jangan biarkan kenyamanan membuat hati kita tuli terhadap penderitaan sesama. Latih diri peka pada orang kecil: dari teman yang kesulitan, hingga pekerja harian yang sering tak dianggap. Kejujuran dan kepedulian adalah ibadah sejati, bukan sekadar aturan sosial.

Menjauhi Mamon, Mengejar Kebajikan 
   Paulus menasihati Timotius agar melepaskan diri dari cinta uang dan sebaliknya mengejar kebajikan: keadilan, iman, kasih, kesabaran, kelembutan. Hidup beriman adalah perjuangan yang terus-menerus hingga kedatangan Kristus yang dijanjikan.
  Godaan terbesar orang beriman bukanlah sekadar uang itu sendiri, melainkan hati yang diperbudak olehnya. Harta bukanlah dosa, tetapi ketika dijadikan tujuan hidup, iman kehilangan arah. Fokus kita semestinya pada janji eskatologis: harapan akan Kristus yang akan datang.
   Gunakan uang sebagai alat untuk kebaikan, bukan sebagai tujuan hidup. Belajar menata keuangan dengan bijak dan tidak terjerat gengsi. Kejar nilai rohani: kesabaran, kasih, iman, yang tak lekang oleh waktu.

Jurang Kaya dan Lazarus: Cermin Batin Kita 
   Yesus menuturkan kisah kontras: seorang kaya yang berpesta pora setiap hari, sementara Lazarus yang miskin dan penuh luka tergeletak di pintunya. Setelah kematian, keadaan berbalik: Lazarus dipeluk Abraham, si kaya terjerat penderitaan. Ia memohon agar keluarganya diperingatkan, tetapi jawabnya jelas: mereka sudah memiliki hukum Taurat dan para nabi, jika itu diabaikan, bahkan kebangkitan tidak akan diyakinkan.
  Injil Lukas mengingatkan dua hal penting: hidup tanpa belas kasih berujung pada pembalikan nasib; kesempatan bertindak hanya ada sekarang, sebelum terlambat. Pesannya bukan sekadar ancaman, melainkan undangan untuk segera merespons kasih Allah dalam tindakan nyata.
  Perhatikan “Lazarus-Lazarus” kecil di sekitar kita: yang lapar, lelah, atau kesepian. Jangan menunda berbuat baik; esok belum tentu ada kesempatan. Belas kasih lebih kuat dari sekadar kata atau doa, tetapi butuh tindakan nyata.

BelasKasih, Nafas Iman yang Nyata
  Ketiga bacaan berpadu dalam satu harmoni: jangan tenang dalam kenyamanan yang menindas (Amos); jangan terikat oleh cinta uang (Paulus); jangan abaikan wajah Lazarus di depan pintu (Lukas).
  BelasKasih bukan sekadar perasaan iba, tetapi integritas hidup: kata, hati, dan tindakan berjalan bersama. Belas kasih nyata dalam keseharian—menahan ego konsumtif, berani berbagi, bersuara bagi yang tertindas, dan menjadikan hidup kita tanda kasih Allah yang hidup.

B—Berpihak pada yang lemah (Amos menegur kemewahan yang menindas)
E—Elakkan cinta uang (Paulus menasihati agar hati jangan diperbudak mamon)
L—Latih kesetiaan dalam hal kecil (hidup benar dimulai dari keseharian)
A—Arahkan hati pada Kristus (fokus pada tujuan akhir: hidup kekal)
S—Suarakan keadilan (tidak diam pada ketidakadilan di sekitar)
K—Kasihilah sesama tanpa menunda (seperti Lazarus yang butuh uluran tangan saat itu juga)
A—Amalkan iman dengan tindakan nyata (iman hidup bila diwujudkan dalam karya kasih)
S—Setia dalam doa (doa yang merangkul semua orang, bukan hanya diri sendiri)
I—Ikhlas dalam berbagi (tidak demi gengsi, tapi demi kasih sejati)
H—Hidup sederhana (menolak kenyamanan semu yang menutup hati pada sesama)

Serba Serbi

Serba Serbi

ZEFANYA GERALDINE SAKAN: Air Hidup di Pagi yang Terberkati

Naesleu, 17 Oktober 2025. Pagi merekah perlahan. Cahaya matahari menembus kaca jendela Gereja Naesleu dengan lembut, seperti jemari Tuhan yang menyentuh dunia dengan kasih yang tak bertepi. Udara pagi masih lembap oleh embun, membawa aroma dupa dan bunga segar yang berpadu dengan keheningan suci. Di tengah keagungan sederhana itu, sebuah peristiwa penuh rahmat berlangsung usai Perayaan Ekaristi pagi, Sakramen Permandian seorang bayi mungil cantik bernama Zefanya Geraldine Sakan.

    Di depan altar yang bersahaja, pasangan Ino Sakan dan Novi Amsikan berdiri dengan mata penuh keceriaan. Di pelukan mereka, tersenyum kehidupan baru, anugerah cinta yang telah lama mereka nantikan. Hari itu, mereka tidak sekadar mempersembahkan anaknya kepada Gereja, tetapi menyerahkannya kepada Sumber Segala Kehidupan, kepada Allah yang menciptakan, mengasihi, dan memelihara.


    Suasana menjadi hening saat Rm Kristo Ukat, Pr, pastor rekan Paroki Naesleu, berdiri di depan altar. Air suci beriak lembut di dalam wadah putih kecil yang berkilau diterpa cahaya pagi. Dalam liturgi yang baku dan kudus, Romo membuka tangan dan berseru dengan suara yang tenang namun penuh wibawa, " Apakah kalian ingin anak ini dibabtis dalam iman Gereja yang telah kita semua terima dari Kristus?Dengan suara gemetar namun pasti, kedua orang tua menjawab, "Ya, kami mau."

    Air suci kemudian diberkati, dilambungkan doa, lalu ditumpahkan perlahan ke dahi kecil Zefanya. Tiga kali air suci itu menetes sambil diserukan rumusan sakramental yang abadi, " Zefanya Geraldine Sakan, aku membabtis engkau, dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin." 

    Dalam tetesan itu, waktu seolah berhenti. Kasih ilahi menembus batas manusia, menyatukan surga dan bumi. Zefanya, bayi kecil imut itu kini resmi menjadi anggota keluarga Allah, dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus.

    Setelah pembaptisan, simbol-simbol suci satu per satu dihadirkan. Sebuah lilin bernyala diserahkan. Nyala kecil itu lembut di ujung sumbu, melambangkan Kristus Sang Terang Dunia yang kini menyinari hidup Zefanya. Romo berkata dengan suara penuh makna, "Terimalah terang Kristus. Jadilah cahaya bagi dunia, dan hiduplah senantiasa sebagai anak terang."

    Kemudian selembar kain putih halus diangkat, kain yang telah disulam dengan nama ‘Zefanya Geraldine Sakan’. Kain itu disampirkan dengan lembut di samping tubuh bayi kecil itu, sebagai lambang kesucian dan kelahiran baru. Romo menambahkan, " Engkau telah mengenakan Kristus. Semoga kain putih itu tetap bersih sampai kelak menghadap Dia dalam kemuliaan kekal."

    Di sisi altar, berdiri calon pasangan suami-istri, Sefrianus Erfan Tae dan Gersiana Uskono, bapak dan ibu permandian yang dipilih dengan penuh kasih. Tatapan mereka teduh, wajah mereka menyiratkan tanggung jawab yang besar. Mereka tidak hanya menjadi saksi hari ini, tetapi penjaga rohani sepanjang hidup Zefanya, menuntunnya dalam perjalanan iman yang panjang menuju kedewasaan rohani.

    Setelah ritus permandian selesai, Romo Kristo menatap lembut bayi itu dan berbisik pelan, " Hari ini Tuhan memberi tanda yang indah. Zefanya menjadi anak pertama yang saya permandikan di Paroki Naesleu selama tahun ini. Dan besok saya akan merayakan 19 tahun tahun imamat saya. Semoga anak ini menjadi tanda pembaharuan kasih Tuhan bagi kita semua."

    Kata-kata itu jatuh seperti embun pagi, menyegarkan hati semua yang hadir. Dua peristiwa itu, permandian seorang anak dan ulang tahun imamat seorang gembala, teranyam menjadi satu kisah cinta Allah yang bekerja dalam keheningan. Romo Kristo secara spontan menatang anak Zefanya di depan altar sambil mengucapkan, " Selamat tumbuh dan berkembang dalam iman kita."


    Di depan altar itu, seorang perempuan paruh baya tersenyum bangga. Dialah nenek Zefanya, seorang guru agama yang telah menanam benih iman di hati banyak anak. Kini, ia melihat benih itu bertunas dalam darah dagingnya sendiri. Dalam bisikan doa ia berkata, "Tuhan, Engkaulah awal dan akhir. Jadikanlah cucuku ini tanda kasih-Mu bagi dunia yang haus akan harapan."

    Usai upacara, suasana indah dan membekas terjadi dalam salam-menyalami dengan senyum tulus, dan di halaman gereja angin berhembus lembut di antara tawa kecil yang mengalun. Zefanya, yang kini dalam pelukan ibunya, tampak begitu damai, seolah merasakan tangan Tuhan yang menimang dirinya melalui kasih kedua orang tuanya.

    Hari itu bukan sekadar tanggal di kalender keluarga, melainkan hari kasih, hari ketika air, lilin, dan kain putih berbicara dengan bahasa rahmat. Hari ketika seorang imam merenungkan panggilannya, seorang ibu menatap masa depan anaknya dengan harapan, seorang nenek mengenang kesetiaan Tuhan lintas generasi, dan Gereja Naesleu kembali hidup oleh suara kehidupan baru.

    Dalam cahaya lembut yang menembus atap gereja, segala sesuatu tampak utuh: iman yang diwariskan, kasih yang mengalir, dan kehidupan yang bermula dalam nama Kristus.

Dan di tengah segalanya itu, seorang bayi mungil bernama Zefanya Geraldine Sakan menjadi simbol kasih Allah yang terus bekerja dalam sejarah manusia, seperti air yang terus mengalir, lilin yang terus menyala, dan kain putih yang tetap suci di bawah naungan kasih Tuhan.

    Ia datang dengan tangisan lembut, namun membawa pesan besar, bahwa setiap kehidupan baru adalah puisi kasih Allah yang ditulis di hati manusia. Dan di Gereja Naesleu itulah, pada pagi yang diberkati, puisi itu dibacakan oleh air, lilin, dan cinta.

Cerita Bersambung

Cerita Bersambung

MALAM JUMAT YANG PANJANG (Part. 5)

MALAM JUMAT YANG PANJANG

MUSIM SEMI DI TEPI SUNGAI GAVE DE PAU (Part 5)

Oleh: Lena Salu


    Terhitung sudah hampir tujuh bulan aku menjalani rutinitas perkuliahan dengan efektif sampai aku tak menyangka waktu terasa begitu singkat dan pendek. Kebiasaan nongkrong ngopi di pojok cafe dan pesta bareng teman-teman kampusku di klub-klub hampir tak pernah kudatangi. Mungkin aku takkan pernah merindukan momen-momen itu lagi, atau belum waktunya tuk kupikirkan sebagai salah satu SKS tambahan dalam roster harianku yang terus mengejarku untuk menyelesaikan tugasku yang hampir serumit rumus kalkulus. Yang ada sekarang di depanku hanyalah laptop ditemani tumpukan buku cetak beserta catatan-catatan yang tak pernah berkurang dari galeri kamarku.
    Kesibukanku semakin tampak gila membuatku bahkan tak sempat membaca balasan surat dari sahabatku...  yang sudah seminggu dihantar pak pos. Surat itu masih utuh tersegel rapi dalam keranjang surat di bilikku. Aku tak pernah melirik ke sana dan menyempatkan sedikit waktu tuk membacanya. Entah aku yang salah atau aku yang hampir lupa? Aku tak dapat menyalahkan pak pos. Entahlah, aku hanya bisa sedikit menyalahkan diriku yang sama sekali lupa akan hal ini.
    Kuraih amplop kecil itu dengan cepat dan lantas tak memperhatikan lagi perangko di depannya yang sebenarnya adalah hal pertama yang biasanya kulakukan sebelum membukanya setiap kali aku mendapatkan surat. Aku selalu mengoleksinya sebagai sesuatu yang paling berharga dan berarti bagiku. Kali ini aku melanggarnya dan cepat-cepat menggunting sudutnya. Kutarik surat kecil di dalamnya dan kaki ini ada sesuatu yang jatuh ke lantai. Aku mendapati sebuah Rosario merah dan juga sebuah flashdisk Michy Mouse berbentuk lucu dengan gantungan hati.
    Waoooww kutarik napas dalam dan sedikit menahan diriku yang berguncang hebat. Apakah ini? Aku bertanya dalam hati dan menebak isi dari flashdisk tersebut. Mengapa baru hari ini aku termotivasi untuk membuka amplop ini? Sedangkan waktunya sudah hampir seminggu yang lalu. Ohhh aku membayangkan berapa lama ia menunggu balasanku dari jauh. Mungkinkah ia menyesalinya dan menganggapku manusia dan sahabat yang paling tidak beradab dalam pandangannya? Akankah ia menyeretku keluar dari daftar sahabatnya yang pernah ia jumpai di atas planet bumi ini dan membiarkanku mengembara tanpa tujuan yang pasti?
    Ohhh semoga tak seperti yang sedang berputar-putar  dalam fantasiku saat ini. Aku berharap ia masih menanti sebuah amplop kecil yang akan ku kirimkan beberapa hari kedepannya setelah aku menyelesaikannya. *****

 Teruntukmu Celine, di bilik penantian

Celine, semoga suratku menemuimu dalam keadaan yang sehat bugar dan menggemaskan. Aku memastikan kau tentunya selalu tersenyum lebar dan ringan langkah merayakan hari-hari perkuliahanmu setiap hari. Aku juga tak menolak bahwa ada terik matahari yang kadang menyengat di atas kepalamu kala banyak tugas dan agenda yang terus mengejarmu untuk lebih konsentrasi dan konsisten.

Celine, Ijinkan aku sedikit bercerita denganmu. Sebenarnya aku sangat merindukanmu, namun tak terasa sudah hampir setengah dari semester ini aku tak pernah dibangunkan oleh suaramu dari ponselku. Aku berpikir mungkin kau sangat penting mengabariku agar tak kugelisahkan segalanya. Sesungguhnya sebulan yang lalu aku sedang berziarah ke Lourdes. Ada kesan yang sangat indah bagiku selama berada di sana. Ada doa yang penting dan sangat khusus kupersembahkan kepada Bunda Maria untukmu.

Aku tahu bahwa kau sangat mencintainya dengan selalu mendaraskan manik-manik Rosario yang indah dengan mengucapkan salam Maria. Aku selalu menghadirkanmu  disetiap langkahku dalam rombongan ziarah ke tempat-tempat suci yang kami kunjungi. Celine, Sebelum keberangkatanku ke Lourdes aku pernah menghubungi nomor ponselmu namun kau tak dapat dihubungi. Aku ingin mengambil cuti bersamamu ke Lourdes tetapi akhirnya aku hanya mengelus dada dengan sedikit berat hati tak dapat mengabulkan permintaanmu yang pernah kau minta pada hari ulang tahun pernikahan orangtuaku kali lalu. Aku tahu bahwa kau dan aku punya tabungan yang dapat kita pakai namun tak aku sangka bahwa kali ini aku gagal membawamu ke depan arcanya di Lourdes.

Celine, maafkan aku yang tak sempat mengabulkan permohonanmu, namun aku rasa bahwa kau akan terobati dan terhibur dengan sedikit cerita ziarahku yang kugoreskan dalam tulisan dan beberapa video klip sejak hari pertama hingga aku kembali. Aku berharap kau dapat sampai juga ke Lourdes setelah menikmati apa yang kau tonton dari apa yang kubagikan denganmu. Maafkan aku Celine, aku berharap kau tak membenciku tetapi membiarkan semuanya yang sempat tertunda ini menjadi doa yang indah dihadapan arcanya. Celine, kusudahi dulu suratku, aku berharap kau tak sungkan membalasnya agar dapat kupastikan dirimu baik-baik saja dan tak merasa kecil hati. Sekali lagi maafkan diriku. Yang terakhir ijinkan aku menyampaikan salam hormatku untukmu sekeluarga, semoga ayah, ibu dan adik-adikmu dalam keadaan yang tak menggelisahkanku. Aku selalu menantimu di setiap deretan hari dan tanggal yang menjanjikan balasan surat darimu.


NB; Kutulis suratku ini di tepi sungai Gave de Pau, tepat di bawah kaki gunung Pyrenees Perancis.

Aku yang mengasihimu dari jauh,

(.................)

********** 

Aku seakan tak punya gairah lagi tuk berdiri, sekalipun sapaan awal surat di atas tadi sedikit menghiburku.menghibur dan membuatku terkesima. Aku dikuatkan oleh percakapan yang secara tak langsung menjawabi teka-tekiku yang selama ini menjadi pertanyaanku tentang keberadaannya. Lebih buas lagi aku terperosok jauh dengan ungkapan aku tak dapat dihubungi. Entahlah aku tak mengerti kapan aku dihubunginya sebab akupun menantinya berkabar hampir sepanjang abad namun tak berdering sama sekali ponselku kalau aku dipanggilnya. Bingung tapi faktanya menyatakan kalau ada dis-komunikasi yang sempat terjadi.

Hampir tiga puluh menit aku hampir tiga puluh menit aku terjaga dalam diam dan membiarkan instrumen lagu Ave Maria Gratia Plena gubahan Schubert menemaniku menikmati foto dan video singkat yang dibuat dalam slideshow yang menarik dan mengagumkan. Aku seakan terhipnotis dan dibawa ke Lourdes menikmati keindahannya dengan beckroud langkah jutaan peziarah yang membludak. Ohhh, betapa aku sangat merindukan tempat suci itu.... Aku sangat merindukan akan kesejukan air suci yang mengalir di tempat Kudus itu. Aku ingin menaburkan mawar berwarna-warni yang kupetik dengan tanganku sendiri walaupun aku harus meminta ijin pada pemilik tamannya. Aku ingin menari dengan gaun panjang berlengan lebar di sepanjang pendakian dan bernyanyi merdu di alun-alun kota layaknya wanita Perancis berperawakan cantik dengan topi lebar dan kain penutup kepala yang halus.

Akkhh, aku benar-benar membungkus kerinduanku ini dalam diksi yang hanya dapat kunikmati dalam mimpiku yang panjang dan belum sempat jadi kenyataan, namun aku membiarkan cerita ini hidup dalam doa yang tiada henti. Aku telah berjanji di depannya untuk selalu mengirimkan mawar Rosario di setiap sembahyangku yang membawaku sampai ke Lourdes keseharianku.

Aku tentunya akan dibawa tuk membayangkan kembali peristiwa penampakan yang pernah terjadi di sana. Aku ingin membopong orang-orang sakit dan timpang tuk ditahirkan dari sakitnya dan membiarkan diriku yang sakit dijamahnya pula dengan sentuhan dan aliran air segar yang melewati darah dan nadiku dan menghembuskan nafas panjang dengan ucapan syukur yang tak terhingga.

*********

Aku tertidur di bawah lampu belajar yang belum sempat kumatikan dan mendapati diriku tersungkur di atas meja dengan tumpukan tugas yang masih harus kuselesaikan untuk di asistensi besok pagi. Terburu-buru diriku ke kamar kecil tuk menyeka wajahku dengan air kran dan berniat menyalakan lagi laptop. Kubiarkan volume musik dari tape recorder kesayanganku terus aktif walaupun kedengaran semakin berisik pertanda baterainya hampir habis, aku hanya memastikan penyiarnya belum kantuk dan menemaniku dengan suguhan lagu-lagu keroncong dan lagu-lagu lawas kesukaan ayah dan ibu pada jamannya kala itu.

Kesukaan mereka berdua pada lagu-lagu lawas dan keroncong pada akhirnya menular kepadaku juga, sampai-sampai aku mengoleksi lirik-lirik lagunya dari kertas yang terselip di setiap kaset pita di almari ruang tengah rumahku. Aku kembali menguras isi kepalaku menyelesaikan beberapa tugasku yang hampir rampung. Ku pikir aku tak sehebat Para filsuf tapi kali ini aku harus bisa berpikir sedemikian untuk menemukan jawaban dari setiap soal dosen matakuliahku.

Kubiarkan suratku tadi terbuka di bawah lilin yang bernyawa dengan sorotan lampu yang datar menerangi sudut doaku. Kubiarkan tatapan Sang Perawan mengawasi dan menemaniku hingga sini hari nanti. Tanganku tak hentinya mengutak-atik tuts-tuts keyboard laptopku yang sudah aus dan hampir copot, tapi aku tak menghiraukannya, aku menikmati semuanya apa adanya demi menjaga keseimbangannya agar tidak sampai stres.

************

Tuhan, ijinkan aku tidur sejenak saja dan bangunkan aku esok lagi dalam keadaan yang masih bernapas. Aku membiarkan diriku terlentang dengan posisi yang paling nyaman dan menikmati malam yang teduh tanpa mengotori pikiranku dengan segala kesibukan yang masih saja harus kukejar. Suara batuk ayah masih kudengar dari bilik sebelah. Aku tau ayahku seharian tak cukup istirahat karena harus bertahan dan berjuang keras untuk aku dan isi rumahku.

Aku menarik napas panjang menikmati suara ibu yang sesekali menenangkan suaminya dan adikku yang terjaga. Ohh, aku butuh sejam saja untuk bisa pulas dan dapat bangun lagi tuk menjalani apa yang menjadi kewajibanku. Aku tidur dengan menggenggam seutas Rosario pemberianmu dan membiarkan mataku terpejam dan lelap.

Video