• Hari ini: September 07, 2025

CAHAYA LILIN DARI DAERAH PERBATASAN UNTUK DAMAI INDONESIA

07 September, 2025
188

KOLKITA-Kefamenanu, Malam itu, Rabu 3 September 2025, halaman tengah kampus Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Santo Petrus Keuskupan Atambua berubah menjadi lautan cahaya. Ratusan lilin menyala di tangan para mahasiswa Semester III (Tingkat II) yang menamakan diri sebagai Laskar Pejuang III, menghadirkan suasana hening dan syahdu di tengah hiruk pikuk situasi bangsa yang sedang kisruh akibat demonstrasi di Jakarta dan berbagai provinsi lain.

   Acara sederhana bertajuk “Kristus Sang Terang Dunia, Terang untuk Indonesia” digelar sebagai wujud doa dan harapan mahasiswa agar bangsa tetap dalam naungan damai. Acara ini  dipandu oleh Stefania Delima Bais, mahasiswi Tingkat IIB asal Paroki Seon. 

   Sejak awal, para mahasiswa berkumpul per kelas—A, B, C, dan D—dengan wajah serius dan lilin yang siap dinyalakan. Satu lilin pemimpin dinyalakan lebih dahulu oleh Ketua Tingkat II, Kristoforus Besin Kali, melambangkan Kristus sebagai sumber terang. Dari lilin itu, cahaya dibagikan ke seluruh peserta, sambil membentuk formasi lingkaran sebagai simbol persatuan.


   Pemandangan itu sederhana namun sarat makna. “Satu lilin kecil memang tampak lemah, tetapi bila kita satukan bersama, akan muncul cahaya yang indah. Demikian pula Indonesia: walaupun beragam, bila bersatu akan bercahaya,” ungkap Consita Richardia Ulan, saat membawakan renungan kepada para Laskar Pejuang III. 

   Sambil menggenggam lilin, peserta melantunkan lagu-lagu nasional seperti Dari Sabang Sampai Merauke dan Indonesia Tanah Air Beta. Suasana malam itu semakin khidmat ketika doa bersama dipanjatkan secara bersama-sama: Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Terang Dunia. Terangilah bangsa kami yang sedang kisruh, agar Indonesia tetap bersatu, damai, dan sejahtera. Doa ini bukan sekadar kata-kata, melainkan ungkapan hati generasi muda yang mencintai bangsanya.

   Puncak acara terjadi ketika ratusan lilin diletakkan membentuk formasi: NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote, cahaya lilin itu melambangkan doa anak-anak bangsa yang menolak menyerah pada kegelapan. Kristus yang adalah Terang Dunia (Yoh 8:12) seakan hadir di tengah mereka, menerangi Indonesia yang tersusun dari nyala kecil namun penuh harapan.

   Sebagai penutup, para mahasiswa menyerukan dengan lantang: “Kami, Laskar Pejuang III STP St. Petrus Keuskupan Atambua, menyatakan: Kami setia kepada Kristus, Sang Terang Dunia. Kami mencintai Indonesia, tanah air kami. Kami berdoa dan berjuang agar Indonesia tetap damai, bersatu, dan sejahtera. Terang Kristus menerangi Indonesia, dan kami siap menjadi saksi terang itu. Untuk Kristus dan untuk Indonesia!” Seruan itu bergema di malam sunyi, seakan menjadi jawaban iman di tengah gejolak bangsa.


   Lilin yang terbakar adalah simbol pengorbanan. Ia rela habis terbakar demi memberi terang. Itulah semangat yang dihidupi para Laskar Pejuang III: siap berjuang, siap berkorban, dan siap menjadi terang bagi sesama serta bangsa.

   Kristo Ukat, S.Fil., M.Th, selaku dosen PA mewakili tiga dosen PA Tingkat II lainnya, menegaskan bahwa acara ini adalah bentuk nyata keterlibatan iman dalam kehidupan berbangsa. “Kristus adalah Terang Dunia, dan terang itu tidak boleh kita simpan sendiri. Lewat doa, nyala lilin, dan cinta tanah air, mahasiswa STP ikut serta membawa terang Kristus bagi bangsa yang sedang gelisah. Inilah evangelisasi dalam wujud paling sederhana, tapi sangat bermakna,” katanya.

    Acara sederhana ini mengingatkan kita bahwa perdamaian dan keamanan bukan hanya tugas para pemimpin, tetapi tanggung jawab setiap warga termasuk kaum muda. Dari kampus kecil di Kefamenanu, tapal batas Indonesia-Timor Lester, nyala lilin ini mengirim pesan: Indonesia membutuhkan terang, dan generasi muda siap menghadirkannya. (SDB) 

Tag