• Hari ini: October 22, 2025

Laskar Pejuang III: Langkah Awal di Bawah Naungan Santo Petrus

22 October, 2025
262


Tanggal 7 Agustus 2024 menjadi titik awal sebuah perjalanan panjang yang tak pernah terbayangkan. Hari itu, dengan langkah gugup bercampur semangat, sekelompok wajah muda memasuki gerbang kehidupan baru. Kabut pagi masih menggantung di langit kampus Santo Petrus, dingin merayap hingga ke tulang, namun semangat tak berhenti menggelora. Dari kejauhan, seakan-akan Santo Petrus sendiri tersenyum hangat, menyambut para laskar yang polos, tetapi menyimpan banyak talenta terpendam.

Jejak Awal: PKKMB

Di lapangan futsal yang dingin dan berkabut, segalanya dimulai. Saling pandang, saling menyapa, walau belum saling mengenal. Rasa gugup bercampur penasaran. Di antara kerumunan, tampak sosok-sosok berjas kuning dengan sorot mata tajam, mereka adalah Laskar Perintis, senior yang diberi tugas khusus untuk mendampingi para laskar baru.

Kita, para pendatang, diberi nama “Laskar Penerus.” Mereka merintis, kita melanjutkan. Tiga hari masa PKKMB menjadi ajang uji mental sekaligus perkenalan yang perlahan mengikis rasa canggung. Hingga pada hari terakhir, satu nama baru lahir dari bibir Romo Kristophorus Ukat, dosen pembimbing akademik yang bagai seorang ayah: “Laskar Pejuang III.” Nama itu sederhana, tetapi sarat makna. Nama yang kelak menjadi fondasi kebersamaan, ditemani motto yang tak kalah kuat: “Bisa–Beda–Baru.”

Tantangan Bernama Masa Bimbingan

Banyak yang mengira PKKMB adalah akhir dari perjalanan. Nyatanya, itu hanya permulaan. Masa Bimbingan (Mabim) hadir sebagai medan tempur sesungguhnya. Bukan sekadar program pelatihan, tetapi proses pembentukan karakter, keberanian, dan loyalitas. Benar kata pepatah yang disematkan kepada kami: “Hanya pejuang yang bisa menang.”

Hari-hari berjalan dengan penuh tantangan. Ada yang gugur di tengah jalan, menyerah sebelum garis akhir. Namun sebagian besar tetap bertahan. Meski tertatih, semangat tidak padam. Ada goyah, ada lelah, tetapi rasa persaudaraan selalu menyatukan. Dari situ kami belajar arti kesetiaan, bahwa bertahan bersama jauh lebih indah daripada berjalan sendirian.

Malam Puncak: Talenta yang Bersinar

Puncak segalanya hadir di sebuah malam penuh cahaya: Malam Kreasi dan Penutupan Mabim. Seluruh talenta yang selama ini tersembunyi ditumpahkan di panggung, disaksikan ratusan mata yang terpukau. Tepuk tangan menggema, senyum dan pujian mengalir deras. Ketua STP bahkan menyebut kami sebagai “pejuang hebat” yang pantas dibanggakan.

Di sudut ruangan, Laskar Perintis tersenyum lebar. Mereka bersorak, puas dan bangga melihat perjuangan yang akhirnya berbuah manis. Dua kata sederhana yang terucap dari mereka,“maaf dan terima kasih,” menjadi penutup penuh makna atas perjalanan bersama.

Air mata jatuh, bukan karena sedih, melainkan bahagia. Semua rasa lelah seakan sirna, terganti dengan kebanggaan. Ketika lagu “STP Jaya” ciptaan RD. Kristo Ukat menggema, pelukan dan sorak sorai mewarnai ruangan. Malam itu, Ketua STP resmi menutup kegiatan Mabim, menandai lahirnya sekelompok pejuang baru yang siap menapaki babak berikutnya.

Masih Panjang Jalan Ini

Namun cerita ini belum usai. Jalan di depan masih panjang, penuh misteri. Kita tak pernah tahu siapa yang akan tetap bertahan, dan siapa yang akan gugur di tengah perjalanan. Satu hal yang pasti: kita telah menjadi Laskar Pejuang III, sebuah nama yang bukan sekadar julukan, melainkan identitas, semangat, dan doa yang akan terus menyertai setiap langkah. (SDB)

Tag