
MEMIMPIN: MENGEMBAN MISI PENGORBANAN DIRI
RONNY MANAS
Kehidupan
dalam definisi keteraturan menata hidup bertalian erat dengan memimpin dan
dipimpin. Setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya. Sederhananya, diriku
adalah pemimpin yang mengatur pemerintahan diri yang lazim disebutnya duniaku.
Namun, menjadi sendiri dan atau sendirian bukanlah konsep keberadaan setiap
individu di atas muka bumi. Setiap pribadi terpanggil secara kodrati untuk
mengada mengambil peran di tengah kompleksitas dunia. Karenanya, entah sepakat
atau tidak setiap orang selalu akan terarahkan ke dalam realitas sosial
(realitas interaksi). Berada dan mengada bersama yang lain yang kemudian
membentuk komunitas yang disebut komunitas sosial. Merujuk pada batasan
komunitas sosial berarti orang – orang yang tinggal di dalam batasan wilayah
atau lingkungan tertentu yang memiliki kesamaan nilai, norma dan tujuan
bersama. Mereka niscaya selalu berinteraksi, berbagi pengalaman, pengetahuan
dan sumber daya untuk mencapai kesejahteraan bersama.Oleh karena itu, untuk
mencapai tujuan bersama ini, dibutuhkan seseorang yang memiliki kompetensi yang
mumpuni dan dilengkapi dengan visi dan misi yang jelas dan konkrit lantas
beridiri sebagai pemimpin mereka.
Memimpin: Berkorban
Memimpin
identik dengan melayani.Pelayanan sejatinya membutuhkan pengorbanan. Hal ini
berarti, seorang pemimpin harus membebaskan dirinya dari hierarki keinginan
yang senantisa menempatkan keinginan dan kebutuhan diri lebih tinggi-lebih
besar. Atau dalam definisi, memimpin adalah berkorban berarti seorang pemimpin
harus rela kehilangan kenyamanan (keluar dari comfort zone). Sebagai
missal, gula yang memberi rasa manis pada kopi, seorang pemimpin harus rela
memberikan kehidupannya kepada kelompok masyarakat yang dipimpinnya dengan
menempatkan kebutuhan mereka lebih dahulu di atas kepentingan personalnya. Ia
rela mengorbankan hak – hak pribadinya lantas menemukan keagungan di dalam
nilai pelayanannya terhadap orang – orang yang dipimpinnya. Ringkasnya, seorang
pemimpin yang memiliki jiwa melayani, memiliki empati yang berorientasi
melayani orang lain lebih besar dan bukan sebaliknya. Peter Block dalam bukunya
Stewardship mengatakan bahwa pelayanan itu timbul jika seseorang
berkomitmen pada sesuatu di luar dirinya. Block mengamini bahwa pelayanan
adalah unsur utama dalam proses kepemimpinan.
Dengan
demikian, tidak ada jalan lain menuju kepemimpinan yang sukses selain jalan
pelayanan yang mensyaratkan pengorbanan diri. Bahwa memimpin dalam sadar
mengemban misi pengorbanan niscaya mewarisi nilai yang melampaui segala nilai
kemanusian lainnya. Karena, buah pengorbanan dirinya niscaya tergambar dalam
sukacita dan kesejahteraan orang – orang yang meletakkan kepercayaan meereka
dalam hatinya. Mari memimpin dengan hati.***
Tag
Berita Terkait

Tag
Arsip
Kue Pelangi Menakjubkan Terbaik
Final Piala Dunia 2022
Berita Populer & Terbaru


Jajak Pendapat Online
