• Hari ini: June 23, 2025

PERAN KATEKIS SEBAGAI PEWARTA INJIL MELALUI MEDIA DIGITAL

23 June, 2025
295

PERAN KATEKIS SEBAGAI PEWARTA INJIL MELALUI MEDIA DIGITAL

(Cornelia Kolo-IIA)

    Perkembangan zaman yang semakin modern telah membawa transformasi besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam cara manusia berkomunikasi dan menyebarkan informasi. Di era digital saat ini, media sosial berbasis teknologi seperti YouTube, Facebook, Instagram, WhatsApp, Blogger, dan Canva telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian masyarakat. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada dunia sosial dan ekonomi, tetapi juga merambah ke dalam kehidupan religius dan spiritual umat beriman.

    Dalam konteks Gereja Katolik, katekis memiliki peran penting sebagai pewarta Injil. Pewartaan atau kerygma merupakan salah satu tugas utama seorang katekis yang bertujuan untuk menanamkan dan menumbuhkan iman umat. Di tengah arus digitalisasi yang pesat, media sosial menjadi sarana strategis yang dapat dimanfaatkan untuk mewartakan Injil secara lebih luas, cepat, dan efektif, melampaui batasan ruang dan waktu.

    Esai ini akan membahas bagaimana seorang katekis dapat memanfaatkan media digital sebagai sarana pewartaan Injil. Apakah digitalisasi membawa perubahan signifikan dalam metode pewartaan? Apakah media sosial benar-benar mampu memperluas jangkauan pewartaan? Atau justru, apakah media ini hanya sekadar alat tambahan yang tidak mengubah esensi pewartaan itu sendiri?

Media Digital dan Transformasi Pewartaan

    Digitalisasi telah merevolusi cara manusia berinteraksi, termasuk dalam konteks pewartaan iman. Media sosial kini digunakan oleh berbagai kalangan sebagai media ekspresi diri sekaligus sarana edukasi dan formasi iman. Katekis sebagai pelayan Gereja yang bertugas menyampaikan ajaran iman harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Mereka diundang untuk menjadi kreatif dalam menyampaikan kebenaran Injil melalui berbagai platform digital yang tersedia.

    Marianus Rago Kristeno dalam jurnalnya Katekese Digital: Cara Gereja Menghadapi Tantangan Komunikasi Iman di Era Digital, menekankan pentingnya kolaborasi antara umat, katekis, biarawan-biarawati, dan kaum klerus dalam menyediakan konten iman yang bermutu di media sosial. Ia menyatakan bahwa katekese digital seharusnya menjadi medan kolaborasi dan wahana perjumpaan antara umat dengan Allah, sehingga Kerajaan Allah sungguh dapat dihadirkan di tengah dunia (Kristeno, 2024: 116).

    Hal ini menunjukkan bahwa pewartaan Injil tidak bisa lagi dilakukan secara individualistik. Katekis perlu bekerja sama dengan berbagai pihak dalam Gereja untuk menghasilkan konten-konten yang sesuai dengan ajaran iman dan sekaligus menarik bagi masyarakat digital, terutama generasi muda yang akrab dengan dunia maya.

Keterlibatan Kaum Awam dan Katekis dalam Dunia Digital

    Panggilan untuk membangun dan menguduskan dunia digital bukan hanya terbatas pada para rohaniwan. Kaum awam, termasuk katekis, juga memiliki peran krusial. Sirilus Yekrianus dan Yohanes Endi dalam jurnal Studi Agama-Agama menyatakan bahwa kaum awam dipanggil dan diutus untuk membangun dunia dengan mengamalkan ajaran Kristus dalam kehidupan nyata, termasuk melalui media digital (Yekrianus, 2022: 79).

    Sebagai bagian dari kaum awam yang memiliki tugas khusus, katekis tidak hanya menjadi pengajar dalam ruang-ruang kelas katekese, tetapi juga harus mampu menjadi komunikator iman yang kreatif di ruang digital. Kesadaran akan peran ini mendorong mereka untuk tidak sekadar menyampaikan informasi, melainkan membangun komunikasi iman yang hidup, menarik, dan transformatif melalui platform-platform digital.

    Dengan demikian, katekis dituntut untuk cakap digital, tidak hanya secara teknis tetapi juga secara teologis. Mereka harus mampu menyaring informasi, memilih narasi yang sesuai dengan nilai-nilai Injili, dan mengomunikasikan pesan iman dengan bahasa yang relevan bagi audiens digital.

Media Sosial sebagai Alat Pewartaan yang Efektif

    Di antara berbagai media sosial yang tersedia, YouTube menjadi salah satu platform paling efektif untuk pewartaan Injil, terutama bagi generasi milenial. David Eko Setiawan dalam jurnalnya Signifikansi YouTube sebagai Medium Pewartaan Injil bagi Generasi Milenial di Indonesia mengemukakan bahwa YouTube sangat cocok untuk generasi ini karena karakternya yang interaktif, menarik, dan memotivasi (Setiawan, 2021: 60).

    Katekis dapat menggunakan YouTube untuk membuat video pengajaran iman, renungan harian, penjelasan tentang liturgi, hingga pengenalan simbol-simbol dalam Gereja. Selain itu, platform lain seperti Blogger dan Canva juga dapat digunakan untuk menulis artikel teologis, membuat infografik iman, dan menyebarluaskan ajaran Gereja secara visual dan edukatif.

    Pewartaan Injil melalui media digital tidak lagi bergantung pada pertemuan fisik. Dalam situasi darurat seperti pandemi atau keterbatasan geografis, media digital menjadi solusi yang sangat efektif untuk menjangkau umat. Tidak hanya itu, digitalisasi juga memungkinkan pewartaan bersifat dua arah—umat dapat merespons, bertanya, dan berdialog secara langsung dengan pewarta.

    Namun, penggunaan media sosial juga harus disertai dengan tanggung jawab moral. Katekis harus memiliki kesadaran kritis terhadap konten yang disebarkan agar tidak terjebak dalam penyebaran informasi yang salah, dangkal, atau sensasional. Pewartaan Injil harus tetap mengedepankan kebenaran, kasih, dan integritas moral sebagaimana diajarkan oleh Gereja.

Kesimpulan

    Kemajuan teknologi digital telah membuka peluang besar bagi pewartaan Injil. Katekis sebagai pewarta iman dituntut untuk adaptif terhadap perubahan zaman dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana pewartaan yang efektif dan efisien. Peran mereka menjadi semakin strategis di tengah masyarakat digital yang haus akan makna, nilai, dan spiritualitas.

    Melalui kerja sama dengan umat, rohaniwan, dan komunitas Gereja, katekis dapat menciptakan konten-konten pewartaan yang bermutu dan menyentuh kehidupan umat. Platform seperti YouTube, Instagram, Blogger, dan lainnya bukan sekadar alat bantu, tetapi dapat menjadi ruang pewartaan yang hidup dan dinamis. Dengan demikian, pewartaan Injil tidak hanya berlangsung secara offline, tetapi juga secara online, menjangkau dunia secara lebih luas dan relevan dengan konteks zaman.