
DIA TELAH PERGI
(Delyma Bais)
Kalian tentu pernah merasa kehilangan bukan? Ini bukan tentang
kehilangan harta benda, kehilangan barang kesayangan, tetapi kehilangan orang
tersayang. Ada yang kembali, dan ada yang tak kembali. Inilah yang paling
menyakitkan yaitu kehilangan seseorang yang tentu saja tidak akan kembali lagi.
Di suatu pagi yang cerah, di kota metropolitan suara telepon
membangunkan seorang gadis cantik, yang sedang terlelap dalam mimpi. Siapa lagi
kalau bukan Disa, gadis yang duduk di bangku Kelas XII Bahasa dan berumur 17
tahun, yang memiliki paras yang cantik, dengan kulit putih, dan bulu mata yang
melentik, sehingga Disa selalu mempesona, di mata banyak orang.
Disa adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup mapan. Sejak
kecil, Disa memang sangat dimanja oleh kedua orang tuanya, sehingga dia tak
cukup mandiri. Ketika pagi hari, ia harus selalu dibangunkan. Disa tidak akan
bangun pagi, jika tidak dibangunkan oleh orang yang ia sayang. Bukan ayah atau
ibunya, tetapi kekasihnya.
Nama kekasihnya adalah Raka, yaitu pria kelas XII IPA yang terkenal
paling keren di sekolah dengan badan yang cukup kekar, kulit putih dan tinggi
badan yang bisa dikatakan sangat pas untuk anak SMA. Raka memiliki seorang adik
perempuan yang bernama zira. Tak beda dengan Disa, Raka juga berasal dari
keluarga yang mapan.
Pagi itu, Raka menelpon Disa agar kekasihnya itu tidak terlambat ke
sekolah. Mereka memang satu sekolah namun tidak searah sehingga Disa selalu
diantar oleh ayahnya setiap kali ke sekolah. Sebenarnya bukan karena tak
searah, sehingga Raka tidak menjemput Disa. Hal ini karena ayah Disa yang tidak
menyetujui hubungan mereka berdua, karena Raka adalah anak gang motor, dan
cukup nakal di sekolahnya. Sementara, Disa adalah anak yang berprestari, dan
sering meraih juara umum di sekolahnya. Hubungan mereka sudah terjalin selama
setahun,ketika keduanya masih duduk dibangku kelas XI. Banyak sekali yang iri
dengan kedekatan mereka berdua, yang memang sangat mesra.
Baik Raka maupun Disa, mereka memang saling menyayangi. Setiap pagi,
tentu Raka selalu membawa bekal. Bukan untuk dirinya, melainkan untuk Disa.
Raka tahu, bahwa gadisnya itu, pasti tidak akan sarapan pagi, ketika berangkat
ke sekolah. Disa tidak akan sarapan, jika tidak dipaksa. Itupun jika yang
memaksa adalah Raka. Disa paling tak tega melihat wajah kekasihnya, ketika
merayunya untuk sarapan. Sehingga mau tak mau, pasti Disa akan menghabiskan
bekal, yang dibawa oleh Raka.
Disa memang tak bisa jauh dari Raka, begitupun sebaliknya dengan
Raka. Setiap kali tiba di sekolah, Raka selalu menunggu gadisnya itu, di
gerbang sekolah. Disa tentu sangat gembira saat itu. Akan tetapi, kedekatan
mereka, membuat banyak orang iri, termasuk Naomi yang adalah siswi kelas XII
IPS yang sudah mengincar Raka, sejak kelas X.
Namun Raka tidak pernah menghiraukan Naomi, sehingga Naomi
merasa sangat kesal terhadap Disa. Baginya, Disa adalah orang yang membuat Raka
tidak pernah meliriknya. Naomi selalu berencana untuk mencelakai Disa, namun
itu tidak pernah berhasil, karena Disa selalu dilindungi Raka. Bukan hanya Raka
tetapi juga Amel dan Tiara, yang adalah teman kelas, sekaligus sahabatnya Disa.
Hari penuh kebahagiaan, telah mereka lalui bersama. Pada hari
minggu, Raka mengajak Disa untuk mengelilingi kota Jakarta. Tentu saja Disa
tidak menolak. Disa membohongi ayahnya, bahwa ia pergi ke rumah Amel
sahabatnya. Ayahnya tentu dengan senang hati memberikannya ijin. Hari itu, Disa
dan Raka menghabiskan waktu bersama. Mereka sempat berhenti sejenak dipantai,
untuk menikmati senja bersama. Mereka duduk bersama.
Di situlah Raka mengambil kesempatan memperhatikan wajah gadis
kesayangannya itu dengan seksama. Raka sangat bersyukur memiliki Disa. Baginya,
Disa adalah wanita sempurna yang dititipkan Tuhan untuknya. Disa sangat
menikmati senja di sore itu. Dengan menutup mata, Disa merasakan hembusan angin
sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Raka.
Namun tiba-tiba saja, Disa merasa sedikit pusing, wajahnya tiba-tiba
terlihat pucat. Hal ini membuat Raka cemas dan panik. Kepanikan semakin
dirasakan Raka ketika tiba-tiba saja, darah segar mengalir dari hidung Disa.
Raka mengajak Disa untuk ke rumah sakit, namun Disa menolaknya, dan memilih
untuk pulang ke rumah.
Disa mengatakan bahwa mungkin dia hanya sedikit kelelahan, karena
tadi sempat jalan-jalan. Raka mengantar Disa ke rumah. Tanpa sepengetahuan
mereka, ternyata ayahnya Disa sedang memperhatikan mereka dari balik jendela.
Namun, ayahnya tidak menegur dan memarahi puteri kesayangannya itu.
Hari Senin siang itu, ketika keluar sekolah, ternyata ayah
Disa banyak pekerjaan kantor, dan ibunya sedikit pusing dan tertidur
sehingga lupa untuk menjemput Disa. Disa lupa membawa HP, sehingga tidak
sempat untuk menghubungi orang tuanya. Karena itu, Raka memutuskan untuk
mengantar Disa pulang, entah apapun yang dikatakan oleh ayah Disa nanti, Raka
tidak peduli. Yang diinginkannya sekarang, agar gadis kesayangannya itu pulang
dengan selamat.
Sesampainya di rumah Disa, Raka membunyikan bel, agar satpam
membukakan pintu kepada Disa. Namun, betapa terkejutnya Raka, ketika melihat
bahwa yang membukakan pintu gerbang, adalah ayahnya Disa. Raka berusaha rileks,
dan bermaksud ingin bersalaman dengan ayahnya Disa. Namun tidak ada respon sama
sekali, sehingga Raka merasa tidak enak, dan berpamitan untuk pulang.
Hari–hari berikutnya, Disa merasa ada yang aneh dari Raka. Raka
semakin berubah. Sudah dua hari Raka tidak menelponnya sehingga ia terlambat ke
sekolah. Di sekolah, Raka juga sering menghindar dari Disa. Disa merasa ada
yang tidak beres sehingga sore itu ia memberanikan diri untuk menelpon Raka.
Betapa bahagianya Disa ketika Raka menjawab teleponnya.
Disa membiarkan agar Raka berbicara lebih dahulu. Namun Raka hanya
berbicara singkat. Raka menyuruh Disa untuk jangan mengganggunya lagi, karena
ia telah dijodohnya dengan anak dari bos ayahnya.
Tentu saja Disa sangat kecewa. Tiba-tiba saja Raka berbicara seperti
ini. Apa yang kurang dari dirinya selama ini? Sehingga raka lebih memilih
pilihan orang tuanya itu. Untuk pertama kalinya Disa dibuat menangis oleh Raka.
Padahal selama ini, Disa selalu bahagia saat berbicara dengan Raka.
Sore itu, ketika Disa hendak membereskan meja kerja ayahnya, Disa
tidak sengaja melihat HP ayahnya tidak dimatikan. Dahi Disa berkerut saat
melihat salah satu kontak WA yang tidak asing baginya,
“Raka”?? ketika dibuka percakapan antara Raka dan ayahnya, air mata
kembali membanjiri pipi gadis cantik itu. Bagaimana tidak? Ternyata ini alasan
Raka menjauhinya.
Ternyata ayahnya mengancam Raka. Jika Raka tidak ingin Disa pindah
sekolah, maka Raka jangan sekali-kali menelpon atau mendekati puterinya lagi,
karena baginya, Raka tidak pantas untuk Disa. Disa terus menghubungi Raka
selama berhari-hari, namun Raka pura-pura tidak menghiraukannya.
Disa mengirimkan pesan: Ka... aku mau cerita. Lagi-lagi Raka
tidak membalasnya. Bukan tidak dengan alasan, tapi Raka tidak ingin
gadisnya itu pindah, ia tetap ingin melihat wajah gadisnya. Namun, sudah
beberapa hari ini Raka tidak lagi melihat Disa. Raka berusaha bertanya pada
sahabat-sahabatnya Disa, namun mereka hanya melirik Raka dengan sinis
seolah-olah tidak menyukai Raka.
Beberapa hari kemudian, saat Raka sedang bersantai di kamarnya,
tiba-tiba ada pesan dari Tiara, bahwa Disa masuk rumah sakit. Tanpa basa-basi,
Raka langsung pergi ke rumah sakit. Ketika tiba, Raka dikejutkan dengan suara
tangisan. Ternyata Tiara membohonginya. Disa sudah lama masuk rumah sakit.
Tiara mengirimkannya pesan, karena gadis kesayangannya itu sudah tidak
bernyawa.
Ibu Disa sangat terpukul, hingga jatuh dan pingsan. Sementara
ayahnya hanya berdiri dengan raut wajah penuh kecewa, sambil memandangi tubuh
puteri kesayangannya itu, yang sudah terbaring kaku.
Raka merasa sangat menyesal. Raka masuk ke kamar jenazah lalu
membuka kain penutup jenazah. Hatinya sangat teriris melihat wajah gadis
kesayangannya terbaring kaku. Wajah gadisnya yang biasanya penuh keceriaan kini
berubah menjadi pucat pasu tanpa gairah.
Tiara menceritakan bahwa Disa didiagnosa menderita kanker otak satu
minggu yang lalu. Raka mulai teringat satu minggu yang lalu Disa mengirimkannya
pesan. Sekarang hanyalah penyesalan yang dirasakan Raka. Dari Disa, Raka banyak
belajar bahwa berpura-pura untuk tidak mencintai, adalah hal bodoh yang pernah
ia lakukan.
Raka termenung dan berpikir, apakah ini akhirnya? Disa, gadis
kesayangannya itu telah pergi untuk selamanya, dan tak akan pernah kembali
lagi.
Tag
Berita Terkait

Tag
Arsip
Kue Pelangi Menakjubkan Terbaik
Final Piala Dunia 2022
Berita Populer & Terbaru


Jajak Pendapat Online
