• Hari ini: June 23, 2025
23 June, 2025
123

    Pagi itu seorang wanita tangguh terbangun dari tempat tidurnya, lalu menyapaku, “selamat pagi nak.” Ya, wanita itu adalah ibuku. Entahlah aku tak tahu bagaimana menurutmu tentang ibumu, tapi bagiku ibuku sangatlah tangguh. Jika kuibaratkan, ia adalah karang yang selalu diterpa ombak tapi tak pernah menangis. Ia adalah pohon tinggi yang menjulang ke angkasa, diterpa sinar matahari setiap harinya, tapi tak pernah mengeluh. Ia bukan manusia super yang menumpas habis kejahatan, tapi ia adalah manusia biasa yang menebar kebaikan. Ia tak pernah mengajariku bagaimana cara membunuh semut di depan rumah kami. Ia selalu mengajarkan padaku bagaimana cara menghidupi. Sederhana katanya, “Nak rumah kita seperti rahim ibu, di mana seperti itu ibu merawatmu ketika kamu masih dalam kandungan ibu, menjagamu, menemanimu, dan menghidupimu.” Ya, sesederhana itu katanya padaku.

    Ia bukan guru tanpa tanda jasa, bukan juga pengajar yang bergelar, ia bukan sarjana S1 ataupun S3, ia bukan Menteri Keuangan, bukan juru masak yang handal tapi masakannya selalu dirindukan. Bukan penyair yang hebat tapi ceritanya selalu membuat ketenangan dalam malam. Bukan juga dokter yang pandai menganalisa penyakit tapi ia tahu jika anaknya sedang tidak baik-baik saja. Ia hanya seorang wanita yang memiliki mimpi sederhana untuk menghidupi anak-anaknya. Ya itulah, “IBU.”

    Cinta ibu kepada anaknya adalah cinta yang menyakitkan, ia harus mencintai untuk melepaskan. Ibu bukan orang yang paham betul dengan kehidupan tapi doanya selalu menaungi seluruh perjalanan dalam kehidupan. Terima kasih ibu atas segala bentuk perjuangan dan doa yang kau berikan sampai hari ini dan seterusnya.

    “Jangan biarkan air mata ibumu jatuh karenamu, sebab air matanya melebihi harga dunia dan seisinya.”

Dikutip dari Sajak Senja Indonesia (FB), Yaksa Aksara. Selamat Hari Ibu